TEKNIK PENGOMPOSAN “OPEN WINDROW”
1. Pembuatan
rumah beratap tempat pengomposan terbuka (tanpa dinding), ukuran disesuaikan
dengan banyaknya asupan sampah organik yang akan diolah. Berdasarkan hasil
rancangan desain bangunan pengomposan ukuran tumpukan memiliki lebar 2,5 m, dan
tinggi 1,5 meter dan panjang sesuai dengan jumlah sampah organik yang tersedia.
Jumlah tumpukan idealnya adalah 7 tumpukan.
2. Proses Sortasi (Pemilahan), pemilahan sampah organik
harus dilakukan di masing-masing tempat sampah kelas.
3. Sampah organik kemudian ditumpuk di ruang pengomposan. Pembuatan tumpukan
dilakukan dengan menggunakan garu atau cangkul. Sampah organik yang telah
dipilah kemudian dipindahkan dengan alat tersebut kemudian ditumpahkan di
tempat pengomposan dengan cara membaliknya. Tumpukan yang telah dibuat tidak
boleh dipadatkan. Tumpukan sebaiknya berbentuk piramida terpancung dengan lebar
atas sekitar 1 m. Sesuai dengan jadwal pembalikan kompos, maka pembuatan
tumpukan diselesaikan dalam waktu 1 minggu.
4. Pembalikan. Pembalikan tumpukan dilakukan dengan
cara memindahkan tumpukan ke tempat berikutnya. Pembalikan dan pemindahan
tersebut dapat dilakukan dengan garu. Pembalikan dan pemindahan dilakukan 1
minggu sekali. Tempat kosong yang telah ditinggalkannya diisi dengan tumpukan sebelumnya.
Proses pemindahan dilakukan sampai pemindahan yang ketujuh atau sampai pada
tumpukan yang kedelapan. Pada setiap pembalikan/pemindahan tumpukan dapat
dirasakan terjadinya penurunan volume sampah sebagai akibat dari berlangsungnya
proses degradasi. Penurunan ini berlangsung secara cepat pada minggu pertama
sampai minggu ketiga atau empat dan berangsur-angsur menurun hingga tercapai
kondisi stabil pada minggu ke tujuh. Sampah yang dipindahkan pada tumpukan yang
kedelapan sudah dapat dipanen sebagai kompos matang.
5. Penyiraman. Penyiraman
dilakukan apabila sampah yang dikomposkan terlalu kering. Kadar air yang ideal
dari tumpukan sampah selama proses pengomposan adalah antara 50-60 % dengan
nilai optimal sekitar 55 %. Penyiraman akan sering diperlukan apabila sampah
yang dikomposkan kurang memiliki kemampuan untuk menahan air. Penyiraman
dilakukan secara merata ke seluruh permukaan materi organik.
6. Pemantauan
Suhu. Pengukuran suhu dapat dilakukan dengan termometer. Pada proses pengomposan
minggu ketujuh (tumpukan kedelapan) materi dan temperatur kompos telah menjadi
stabil pada suhu di bawah 50 oC yang menandai selesainya proses pengomposan.
7. Penirisan
(pengangin-anginan), Dilakukan agar menghasilkan pupuk kompos
dengan kualitas yang lebih baik. Tujuan dari penirisan ini adalah untuk mengurangi
kandungan air yang masih ada sehingga mempermudah proses pengayakan.
8. Pengayakan,
Proses ini biasanya dilakukan pada minggu ketujuh atau tumpukan
terakhir. Maksud utama dari pengayakan adalah untuk memperoleh ukuran partikel
kompos yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan.
9. Pengemasan, Kompos yang telah diayak dikemas ke
dalam kantong plastik kedap air atau karung. Berat kompos yang dikemas bisa
disesuaikan dengan kebutuhan.
10.
Pemasaran,
kompos yang telah dikemas siap untuk
dipasarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar